Minggu, 21 Juni 2009

Tata krama Jepang Bag 1

Pengantar

Lain lubuk lain ikannya, tampakanya adalah pribahasa yang tepat untuk mengungkapkan hal ini, karena walaupun atauran dasar dari tata krama etika dan sopan santun adalah sama, tetap saja ada beberapa berbedaan kecil yang ada baiknya perlu kita ketahui. Kesalahan, pelanggaran atau ketidak tahuan tentang hal ini bisa jadi bukanlah masalah besar, bisa dimengerti atau dimaafkan atau karena dilakukan oleh orang asing bisa jadi malah terlihat lucu. Namun dalam hal lain bisa jadi merupakan suatu kesalahan yang berakibat fatal.

Memakai sandal kamar mandi jalan jalan di areal rumah adalah hal yang lucu dan menggelikan namun menyisakan makanan yang telah kita ambil atau masuk bak mandi sebelum cuci badan bisa jadi adalah kesalahan yang fatal. Berikut ini saya coba tuliskan etika dasar dalam pergaulan sehari hari yang wajib diketahui ataupun diikuti.

 

Aisatsu (greeting)

Mengucapkan salam sangat penting bukan saja dalam budaya orang Jepang namun hampir dalam semua budaya lainya. Namun satu hal yang mengkin membedakannya adalah aturan salam dalam budaya Jepang yang lebih komplek dan beragam. Konnichiwa adalah salam yang paling umum dipakai, mirip kata hallo dalam pergaulan internasional. Di lingkungan keluarga yang sudah dekat sekalipun, aisatsu ini tetap harus dilakukan yang kadang menurut saya sedikit aneh. Seorang anak atau yang lebih muda harus menyapa yang lebih tua terlebih dahulu dengan salam lengkap "ohayou gozaimasu" ketika pagi hari, sedangkan pihak yang lebih tua cukup menjawab dengan "ohayo" saja. Ketika hendak tidur salam "oyasumi nasai" adalah wajib, sedangkan pihak yang lebih tua cukup menjawab "oyasumi" saja. 

Jabat tangan

Secara umum, ketika berinterksi dengan orang lain, kerabat dan terlebih dalam situasi formal atau bisnis biasanya salam dilakukan dengan membungkukkan badan. Saya yakin anda juga pasti tahu hal itu. Jabat tangan biasanya umum dilakukan oleh orang Jepang ketika berinteraksi dengan orang asing,. Namun dalam kondisi tertentu jabat tangan juga kadang diilakukan terutama dalam pertemuan informal dan kekeluargaan. Yang lazim adalah pihak yang lebih tua atau lebih tinggi jabatannya menjulurkan tangannya terlebih dahulu dan hal yang sebaliknya jarang terjadi.

Terima kasih dan minta maaf 

Mengatakan terima kasih, tentu bukanlah hal yang sulit karena kitapun pasti sudah biasa melakukannya, namun ucapan terima kasih yang harus diulang lagi pada pertemuan berukutnya pada kasus yang sama, adalah hal yang mungkin aneh bagi kita namun hal ini umum mereka lakukan. Walaupun mungkin cara mereka berterimakasih yang sampai harus membungkukkan badan tidak harus kita tiru, setidaknya ketulusan kita mengucapkan terima kasih tampaknya lebih penting dan harus diperhatikan.

Untuk permintaan maaf, situasinya harus dilakukan dengan lebih serius lagi. Ada banyak kata dan terjemahan untuk satu kata "maaf" ini yang dipakai dan diucapkan dalam situasi dan kondisi yang berlainanan. Sumimasen, gomen, gomen nasai, gomencai, moshiwake nai dan moshiwake gozaimasen. Kata pertama dipakai untuk situasi umum, sedangkan kata terakhir dipakai untuk situasi formal dan serius. Keseriusan penggunaan kata maaf yang tidak boleh dilakukan dengan setengah hati kadang berakibat panjang, tampak beberapa kasus yang pernah saya jumpai. Pihak yang dianggap salah harus mengulang permintaan maafnya sekali lagi karena dianggap kurang serius atau setengah hati oleh pihak yang dirugikan dan hal itu dilakukan di depan banyak orang. Misalnya dalam kasus pelayanan buruk di rumah makan.

Untuk kasus yang sangat serius, apalagi sampai berujung kecelakaan fatal atau bahkan kematian, minta maaf dilakukan dengan membungkuk serendah bahkan tidak jarang sampai bersimpuh di atas lantai atau tanah.. Minta maaf dengan melakukan bunuh diri sebagai rasa penyesalan tertinggi kadang dianggap mulia oleh orang Jepang, khususnya di masa lalu.

Di tempat umum

Berjalan di trotoar
Terotor untuk berjalan kaki di Jepang umumnya cukup lebar atau bahkan bisa dibilang sangat lebar, sehingga berjalan di sebelah kiri atau kanan jalan tidaklah terlalu penting. Berjalan bergandengan atau berpegangan tangan bukanlah hal tabu kecuali di escalator.

Escalator
Kehidupan di Jepang sangatlah sibuk, sehingga berjalan dengan tergesa gesa atau setengah berlari bukalah hal aneh terutama ketika pagi hari ketika berangkat kerja. Memasuki escalator, kita harus tetap membiarkan satu sisi kosong di sebelah kiri atau kanan, sebagai jalur khusus untuk para "pelari"pagi tersebut. Pelanggar biasanya menerima tegoran, omelan atau tidak jarang bentakan dari orang lain. Memasuki siang hari, situasinya menjadi sedikit longgar karena saat itu biasanya adalah waktunya para ibu rumah tangga yang mempunyai banyak waktu lebih dan aturan itu menjadi lebih longgar lagi ketika kita memasuki pusat perbelanjaan. Secara tertulis aturan tentang hal ini bisa dikatakan tidak ada dan juga apakah kita harus berdiri di sebelah kanan atau kiri escalator juga tidak ada aturan pasti karena tiap daerah biasanya berbeda. Misalnya daerah Tokyo, kita berdiri sebelah kiri dengan menyisakan ruang kosong di sebelah kanan, namun daerah lain seperti Osaka misalnya berlaku sebaliknya. Cara mudahnya adalah mengikuti orang yang ada di depan kita. Yang jelas, jangan berdiri berjejer ke samping apalagi berpegangan tangan.

Memotret
Berkunjung ke negara lain tentu dokumentasi menjadi penting. Banyak hal menerik yang tidak ingin kita lewatkan begitu saja namun etika dasarnya hendaknya tetap tidak boleh dilupakan. Memotret di tempat umum tetntu saja tidak dilarang sepanjang yang kita potret adalah keramaian, gedung atau potret diri. Memotret orang lain secara diam diam (candid) adalah dilarang kecuali dengan persetujuan orang tersebut sebelumnya. Tripod atau lensa tele di tempat tertentu kadang dilarang.. Di dalam supermarket atau tempat belanja potret memotret juga dilarang, walaupun untuk dokumentasi pribadi, sedang di rumah makan biasanya diperbolehkan.

Kereta api
Memasuki kereta api, jangan sampai anda berdiri tepat di depan pintu karena menghalangi jalan keluar orang yang turun kereta. Penumpang yang masuk mendapat prioritas kedua setelah penumpang pertama turun.. Orang usia lanjut, sakit dan handicap lainya, biasanya mendapat prioritas dan tempat khusus. Anda bisa saja duduk di tempat bertanda khusus tersebut, namun kalau mengalah dan mempersilahkan mereka duduk kalau "mereka" tampak hadir. Etika dasarnya biasaya selalu bediri dan memberi tempat kepada orang berusia lanjut, wanita atau anak anak untuk duduk menggantikan tempat yang telah duduki, walaupun yang sering terjadi adalah orang yang biasanya pura pura sadar atau pura pura tertidur pulas, khususnya untuk perjalanan kereta yang cukup jauh. Di dalam kereta handphone harus dimatikan. Pagi hari pada kereta jurusan tertentu biasanya ada gerbong khusus wanita. Hendaknya sign dan tanda rabu diperhatikan dengan baik.

Aturan memasuki rumah atau kamar

Memasuki rumah sendiri (pulang rumah) biasanya mereka menyebut salam "tadaima" yang dijawab dengan "okari nasai". Salam ini tentu bisa tidak kita lakukan namun kalau kita memasuki rumah orang lain tentu salam menjadi penting kalau kita tidak ingin dianggap tidak tahu etika. Memasuki rumah orang lain, si tamu wajib mengucapkan "ojamashimasu" sebagai permintaan maaf karena telah merepotkan tuan rumah karena kunjungan kita. Untuk ruangan kantor, ruang kerja atau gedung pemerintahan, memasuki ruangan orang lain kita harus menucapkan salam "shitsurei shimasu" yang mungkin artinya "maaf tidak sopan telah memasuki ruangan anda".

Sandal atau sepatu harus dilepas

Ini tampaknya tidak terlalu susah bagi kita karena umumnya juga berlaku di negara kita namun dengan sedikit perkecualian. Kebanyakan rumah orang jepang berlantaikan kayu dan beberapa ruangan adalah berlantaikan tikar rumput (tatami). Untuk menjaga kebersihan lantai dan juga menghindari kerusakan, melepas sepatu atau sandal adalah wajib dan menggantinya dengan sandal khusus dalam rumah. Aturan ini kadang berlaku juga ketika memasuki restauran, rumah makan khususnya untuk ruangan tertentu, rumah sakit, klinik, kuil dll.

Hal paling mudah untuk mengindari kesalahan yang fatal adalah dengan melihat posisi lantai. Lantai dengan posisi lebih tinggi, ruangan beralaskan tikar atau kayu, untuk memasukinya dipastikan harus melepas sepatu ketika memasukinya. Memasuki kantor, ruangan atau rumah berlantai keramik atau tegel (kalau ada, karena sampai saat ini saya belum pernah melihatnya), ruangan berkarpet dll aturan ini tidak berlaku, jadi sepatu tetap dipakai.

Biasanya sepatu akan diletakkan dengan ujung menghadap ke arah pintu (keluar) dengan rapi. Sebagai pihak tamu kita wajib melakukan hal ini, walaupun mungkin tuan rumah sendiri tidak meletakkannya dengan rapi, namun minimal ujung sepatu biasanya masih menghadap keluar.Untuk lingkungan restauran aturan iini tidak terlalu ketat, karena pihak pelayan atau pemilik rumah makan biasanya secara cepat akan merapikannya. Ganti sepatu dengan sandal khusus dalam rumah (surippa). Kalau sandal pengganti tidak ada, atau tuan rumah tidak menyediakannya, abaikan saja, karena bukan merupakan masalah besar, kecuali waktu musim dingin, atau kaos kaki anda berlobang sehingga susah disembunyikan..

Duduk di atas tikar atau lantai
Duduk dengan menduduki kaki dan arah kaki menghadap ke belakang. Untuk situasi tidak formal, duduk bersila dianggap wajar, namun tidak untuk wanita kecuali untuk hubungan yang sudah sangat dekat.

1 komentar: